Wednesday, January 2, 2013

REVIEW FILM: FERRARI KI SAWAARI (2012)

Durasi: 140 menit
Skor IMDb: 6.6/10

Bollywood lagi, Bollywood lagi. Walaupun udah banyak film Bollywood penuh makna yang gue tonton, tapi ternyata baru dua yang gue tulis di blog ini. Film Ferrari Ki Sawaari ini bintang utamanya adalah teman dari Ranchoddas Chancad di 3 Idiots, Sharman Josi, dan ayahnya adalah Virus, Boman Irani nama aslinya. Film ini mengambil genre entah drama atau komedi yang penting ada bumbu olahraganya.

Film ini sebetulnya lebih berpusat ke karir kriket anak dari Rusy (Sharman Josi) yang bernama Kayo. Rusy adalah seorang ayah yang ingin mencontohkan hal-hal yang benar kepada anaknya. Ia sangat taat terhadap hukum (paling tidak di awal film ini), itu bisa terlihat ketika ia melanggar peraturan lalu lintas dan tak ada polisi yang menyaksikannya, ia tetap memaksa untuk ditilang. Rusy sangat peduli terhadap karir Kayo. Rusy sadar akan bakat dari Kayo sehingga ia mengusahakan apapun untuk memastikan bakat itu tak tersia-siakan. Mereka berdua hidup bersama sang kakek, Deboo (Boman Irani) yang dulu merupakan pemain kriket berbakat yang terpaksa pensiun dini karena dicurangi sahabatnya sendiri.

Di akhir dari suatu pertandingan Kayo, ada orang Inggris yang mengumumkan bahwa akan ada seleksi untuk pemain kriket berbakat yang akan disekolahkan di pusat pelatihan kriket kenamaan di dunia, Lords. Sadar gajinya sebagai pegawai di perusahaan transportasi tak akan mampu membiayai kebutuhan ke Lords, Rusy berusaha mencari pinjaman ke sana kemari. Semua usaha itu berakhir di sebuah mobil Ferrari milik seorang pemain kriket ternama di India, Sachin Tendulkar. Dengan meminjam mobil itu untuk acara pernikahan, Rusy akan mendapat 150,000 rupee. Saking berambisinya Rusy untuk menyekolahkan anaknya ke Lords, ia mengambil tanpa ijin mobil Ferrari itu dan membawanya kabur berhari-hari. Bagaimana kelanjutan karir Kayo? Apakah Rusy akan tertangkap?

Ferrari Ki Sawaari sebenarnya mengangkat tema yang cukup unik. Eksekusi filmnya pun cukup baik dari awal hingga menjelang akhir. Namun di bagian ending sang sutradara seperti terlalu rakus karena menambahkan beberapa scene yang justru membuat film ini berakhir antiklimaks. Menurut gue sih harusnya film selesai waktu sang kakek masuk rumah sakit, scene setelah itu cenderung lebay sih..

No comments:

Post a Comment