Thursday, May 28, 2015

REVIEW FILM: CRAZY WAITING (2008)

Durasi: 108 menit
Skor IMDb: 6.4/10

Film yang bakal gue review kali ini ialah film yang udah cukup lama sih, 2008 lalu keluanya. Film Korea Selatan, Crazy Waiting yang bercerita tentang pemuda Korea Selatan dan problematika yang harus mereka hadapi selama mereka mengikuti wajib militer.

Empat pemuda Korea harus menjalani wajib militer selama dua tahun, sebagaimana layaknya para pemuda lain seumuran mereka. Selain harus berpisah dengan teman dan keluarga, mereka pun harus percaya bahwa pacar mereka akan setia menunggu selama 24 bulan itu. Ternyata menunggu selama 24 bulan bukan hal yang mudah bagi Eun-suk dan Jin-ah, Eun-suk adalah pemuda pertama. Teman dekat Eun-suk, Ki-seong yang seharusnya menjaga Jin-ah, justru menaruh hati pada Jin-ah dan lama kelamaan perasaan Jin-ah pun berubah meskipun Jin-ah belum menyadarinya. Pemuda kedua ialah Won-jae yang memiliki pacar seorang terapis, Hyo-jung yang umurnya lebih tua beberapa tahun darinya. Won-jae dan Hyo-jung belum sempat melanjutkan hubungan keduanya ke jenjang selanjutnya sebelum Won-jae pergi wajib militer. Pemuda ketiga ialah Huh-wook, pacarnya ialah Bi-ang yang justru segera mencari lelaki baru setelah Huh-wook berangkat wajib militer. Pemuda terakhir adalah Min-chul, seorang gitaris yang telah lebih dulu jatuh cinta pada vokalis bandnya. Setelah ia menjalani wajib militer baru ia menyadari bahwa ada orang yang menyimpan rasa padanya tidak lain ialah sang keyboardist, Bo-ram. Akan seperti apakah kelanjutan keempat kisah ini?

Film ini mencoba mencari tema yang jarang diangkat di Korea Selatan sono, tentang wajib militer yang harus dijalani para pemuda Korea Selatan. Bukan hanya harus berpisah dengan keluarga, namun mereka pun harus berpisah dengan pacar mereka. Film ini mencoba menceritakan problematika tersebt namun delivery-nya cenderung melompat-lompat sehingga penonton pun tidak bisa menyatu dengan film ini.

Wednesday, May 13, 2015

REVIEW FILM: THE SCENT (2012)

Durasi: 117 menit
Skor IMDb: 5.9/10

Kali ini ane bakal nyoba ngebahas film Korea yang udah lumayan lama sih rilisnya, 2012 lalu, film ini berjudul The Scent. Ane tertarik nonton film satu ini soalnya ada Lee Kwang-Soo, sosok yang begitu sentral dan naik popularitasnya tidak lain tidak bukan karena 'Running Man', variety show di Korea sono. Film ini bergenre crime thriller semi erotis gitu kalo menurut ane. Jadi di sini Kwang-Soo berperan sebagai Poong, orang aneh yang bekerja sebagai asisten di konsultan perselingkuhan, Poong mengasisteni detektif Kang yang diperankan oleh Park Hee-Soon.

Dari awal film kita sudah dibumbui dengan adegan yang tidak layak untuk ditonton anak di bawah 18 tahun, ketika suara kejadian perselingkuhan diperdengarkan dan di situlah perkenalan penonton dengan detektif Kang serta asistennya, Poong. Perlahan mulai terungkap bahwa detektif Kang memiliki background sebagai polisi dan ia menjalani profesi sebagai konsultan perselingkuhan karena sedang diistirahatkan oleh kepolisian. Entah ada hubungannya dengan pengistirahatan sementara detektif Kang dari kepolisian, ternyata istri Kang merupakan atasan Kang di kepolisian dan kehidupan rumah tangga keduanya pun buruk karena kecurigaan istri Kang akan investigasi-investigasi perselingkuhan yang dilakukan detektif Kang.

Hari-hari terakhir sebelum diaktifkan kembali status detektif Kang sebagai polisi, detektif Kang didatangi seorang wanita muda bernama Kim Soo-Jin yang meminta detektif Kang menyelidiki suaminya (Nam Young-Gil) yang ia curigai berselingkuh dengan wanita lain. Di tengah investigasi, tiba-tiba Kim Soo Jin mencoba merayu detektif Kang, dan tanpa sadar detektif Kang terbangun di samping tubuh Kim Soo-Jin yang tak bernyawa. Detektif Kang yang kebingungan pun mencoba masuk ke kamar sebelah (kamar suami Kim Soo-Jin yang sedang selingkuh) dan mendapati bahwa Nam Young-Gil juga sudah tak bernyawa. Masalah bertambah rumit ketika ternyata orang yang ada di kamar Nam Young-Gil ialah istri Nam Young-Gil yang sah, dan bernama Kim Soo-Jin pula. Sadar bahwa keadaan ini akan memojokkan dirinya, detektif Kang pun mencoba merekayasa TKP dan meyakinkan Kim Soo-Jin yang masih hidup untuk mengikuti perintahnya. Dengan bantuan Poong, detektif Kang membuang semua barang bukti dan mengubur jenazah keduanya.

Ketidakberuntungan kian menaungi detektif Kang, di hari ia kembali ke kepolisian justru Kim Soo-Jin yang semakin gelisah melaporkan kabar hilangnya sang suami ke pihak kepolisian. Investigasi kepolisian pun dimulai. Perlahan mulai terkuak fakta-fakta di balik hilangnya Nam Young-Gil. Seiring dengan investigasi yang kian intens, keamanan Kim Soo-Jin pun kian terdesak. Dengan dalih untuk mengamankan saksi, detektif Kang pun kian lama justru semakin dekat dengan Kim Soo-Jin. Bagaimana kah ujung dari kisah pembunuhan ini? Akankah detektif Kang mampu lepas dari tuduhan yang menimpanya? Bagaimana pula kehidupan rumah tangga detektif Kang setelah Kim Soo-Jin hadir di hidupnya?

Buat kalian yang seneng film crime thriller Korea semacam Midnight FM, Blind, dsb. film ini mungkin gak sebagus dua film tersebut tapi lumayan lah buat bahan tontonan. Selain itu buat kalian yang demen nonton film Korea yang agak seronok, ini film juga ada plus nya kok, mbaknya cakep lagi. Jadi dengan nonton film ini dapet serunya dapet tegangnya juga, hahaha. So, selamat menonton...

Monday, May 11, 2015

REVIEW FILM: THE COBBLER (2014)

Durasi: 99 Menit
Skor IMDb: 5.8/10

It's been a while. Setelah sesaat vakum, gue balik lagi dengan film komedi yang dibintangi Adam Sandler. Kayaknya udah cukup lama gue kagak nonton film Adam Sandler karena gue semata-mata liat film dari rating IMDB-nya. Dan kali ini gue coba mengabaikan rating untuk coba nonton film komedi yang less thinking-lah. Dan emang seharusnya rating itu bukan segalanya men, kalo emang lu suka komedi, tonton aja, yah lumayan lah..

Jadi film ini menceritakan seorang tukang sol sepatu, kalo pinter bahasa Inggris mah udah paham baru baca judulnya doang (The Cobbler = tukang sol sepatu). Entah kenapa kalo di Amrik sono tukang sol sepatu punya titel atau panggilan yang keren yah, hehee. Adam Sandler di film ini berperan sebagai sang Cobbler bernama Max Simkin di mana doi mewarisi usaha sol sepatu ini dari leluhurnya. Bayangin aja, doi udah generasi keempat yang buka usaha sol sepatu, keren abis (biasa aja sih). Karena usaha yang gitu-gitu aja, Max serasa udah mau nyerah dan pengin beranjak dari usaha satu ini. Doi ngiri kali ya sama tetangganya yang punya mobil keren, sopir pribadi ama pacar yang super sexy. Selain berkutat di kehidupan pribadi Max, film ini juga berusaha bercerita mengenai kegagalan Max dalam melakukan pendekatan terhadap wanita-wanita di sekelilingnya. Ia pun harus menjalani kehidupan bersama wanita satu-satunya di hidupnya yang tidak lain dan tidak bukan ialah ibunya sendiri. Kehidupan keluarga Simkin tampak complicated karena meskipun Max mewarisi usaha ayahnya, tetapi ayahnya tidak meninggalkan kesan yang baik untuk Max setelah sang ayah meninggalkan Max dan ibunya pergi entah ke mana.

Film ini juga sedikit nyerempet ke masalah sosial yang dekat dengan kehidupan masyarakat suburbs, daerah pemukiman yang akan diubah menjadi kota, kebijakan penguasa-penguasa yang jauh dari kata membela rakyat kecil, serta kriminalitas, dan krisis jati diri menjadi bumbu dari film The Cobbler ini. Adalah Carmen yang menjembatani kehidupan Max dengan segala pergolakan sosial yang terjadi di lingkungan tersebut. Carmen sendiri ialah seorang pekerja sosial yang vokal melawan kebijakan penggusuran lahan untuk dikembangkan sebagai daerah yang lebih mewah. Carmen inilah wanita lain yang tidak mampu didekati oleh Max meskipun maksud hati ingin, bahkan sekedar minta nomer telepon pun Max tak sanggup.

Kehidupan Max seketika berubah ketika tanpa sengaja ia menggunakan lagi mesin jahit milik ayahnya yang telah lama mangkrak di gudang bawah tanah. Ternyata semua sepatu yang dibedah solnya lalu dijahit dengan mesin jahit tersebut mampu mengubah Max menjadi sosok pemilik sepatu tersebut. Kehidupan Max yang lebih berwarna pun dimulai dari situ. Max bebas bertingkah sekenanya karena ia tampil dengan tubuh orang lain. Di tengah kesibukannya menjadi orang lain, tiba-tiba ia dihadapkan dengan kabar sedih lainnya, sehari setelah ibunya makan malam berdua dengan sang ayah (yang Max lakukan sendiri), ibu Max menghembuskan napas terakhirnya. Kehidupan yang semakin runyam membawa Max kepada masalah selanjutnya, ia terjebak di dalam tubuh seorang gangster yang coba membunuhnya. Masalah lain yang belum terselesaikan pula ialah perihal akan tergusurnya apartemen milik bapak tua sesepuh di daerah pemukiman Max. Dapatkah ia keluar dari berbagai permasalahan ini? Bagaimanakah nasib Max dengan wanita? Akankah ia mendapatkan Carmen? Lalu problematika terakhir yang harus terjawab ialah ke mana ayah Max pergi?

Sebuah film yang sarat akan pesan moral meskipun dibawakan dengan genre komedi. Rating yang rendah ternyata tidak membuat gue sebagai penikmat film kecewa dengan film ini, justru lebih mudah diikuti alurnya jika dibandingkan dengan film komedi rating tinggi yang justru lebih membutuhkan pemikiran dalam untuk mencerna hingga akhirnya kita sebagai penonton pun perlu berpikir ulang tujuan awal menonton film komedi itu apa? Film ini menggambarkan 'living in someone elses shoes' secara gamblang dan well done Mr Adam...