Monday, January 19, 2015

REVIEW FILM: THE SWIMMERS (2014)

Durasi: 116 menit
Skor IMDb: 5.9/10

Baru sekarang gue sadari, ternyata film horror yang gue review baru sedikit. Berhubung gue bukan penggemar horror jadinya emang gue jarang-jarang sih nontonnya. Bukan gara-gara takut sih, kalo nontonnya aja berani, tapi after effect nya itu lho, jadi parno sendiri entar, hehe. Selain itu, kebanyakan film horror agak nggak logis aja sih, jadi semacam meniadakan logika gitu. Tapi baru-baru ini gue nonton film horror dari biangnya film horror, Thailand yang berjudul The Swimmer. Sebenernya gue udah sering ketemu ni film di warnet-warnet sih, tp baru kemarin sempet nonton, itupun gara-gara bareng-bareng nonton sama temen. Cast-nya gue kagak ada yang kenal, tapi pemeran ceweknya, Ice, cakep tuh, Mint juga cakep sih tapi agak tua gitu mukanya.

Jadi The Swimmer itu bercerita tentang romansa segitiga antara dua sahabat karib Perth dan Tan yang memperebutkan cinta Ice. Kenapa judulnya The Swimmer, karena  kisah ketiga insan manusia itu teradi di sebuah ekskul renang SMA di Thailand. Di awal film kita sudah dihadapkan pada adegan yang menegagkan ketika Perth flashback ke masa di mana ia dan Tan serta Ice bermain-main di kolam renang sekolah. Seketika suasana berubah gloomy dan adegan berpindah ke saat-saat Ice bunuh diri juga di kolam renang sekolah tersebut.

Seiring berjalannya waktu, alur film menceritakan kisah mereka bertiga. Ternyata Ice adalah pacar dari Tan, akan tetapi sejak dulu Perth pun telah menyukai Ice. Semacam kisah klise cinta monyet gitu deh. Sejak kematian Ice, Tan yang merupakan jawara renang di SMA tersebut memutuskan vakum untuk mencaritahu penyebab utama kejadian itu. Perth yang sejatinya masih di bawah Tan dalam hal renang pun kini menjelma menjadi yang teratas di SMA-nya. Selidik punya selidik (aduh bahasa apa ini), ternyata sebelum Ice bunuh diri, ia telah hamil terlebih dahulu. Maka Tan pun berusaha mencari tahu lelaki jalang yang telah menghamili pacarnya.

Perth yang tahu kebenaran sejati bunuh diri tersebut pun memilih bungkam dan menuduh orang lain pelakunya. Selagi berkelit, Perth juga mencoba menghapus semua bukti-bukti yang mengarah ke dia. Dalam tahap inilah, arwah Ice mulai menggentayangi kehidupan Perth. Di rumah Perth, di rumah Ice, di sekolah, di semua tempat selalu ada kejadian yang menegangkan. Momen paling menjijikkan (menakutkan?) adalah ketika Perth menyelinap ke rumah Ice dan menemukan ibunya Ice telah memutuskan mengakhiri hidupnya dengan gantung diri. Perlahan fakta-fakta terkuak seiring dengan kejelian analisis Tan dan pengakuan Mint, pacar Perth.

Akankah Tan mampu menguak penyebab kematian Ice sebenarnya? Bagaimana akhir dari kisah cinta segitiga anak SMA ini? Buat kalian yag senang film-film yang abai logika dan hanya menuntut adrenalin tinggi, film ini cocok buat kalian. Bisa dibilang gak ada pesan moral yang bisa diambil dari film ini (duh spoiler). Silakan download buat yang mau nonton. Selamat menyaksikan

Saturday, January 17, 2015

REVIEW FILM: TODAY'S LOVE/LOVE FORECAST (2015)

Release Date: 15 Januari 2015


Sebagai seorang Runners (Running Man fan) sudah pasti banyak yang bertanya-tanya kan tentang setiap bintang tamu di tiap episodenya. Nah, 2 minggu terakhir, minggu pertama dan kedua 2015 Running Man dihiasi oleh muka Lee Seung-gi dan Moon Chae-won, pastinya setiap bintang tamu ada maksud tersembunyi kan ya. Ternyata mereka berdua sedang promo film ini nih, Today's Love dan baru saja tayang di Korea sono 15 Januari yang lalu. Film ini jadi debut film layar lebar Lee Seung-gi setelah sebelumnya malang melintang di layar televisi Korea baik di drama maupun variety show. Film ini mengambil genre drama komedi, atau komedi romantis khas film Korea.

Walaupun banyak yang menantikan penampilan Lee Seung-gi tetapi film ini adalah panggung Moon Chae-won. Chae-won di film ini berperan sebagai Hyun-woo seorang pembawa ramalan cuaca yang memiliki kepribadian ketus dan emosian, sedangkan Seung-gi berperan sebagai Joo-soo, seorang guru SD yang putus asa dalam hal percintaan.

Film ini bercerita tentang dua sahabat yang lama kelamaan mulai tumbuh bibit cinta di antara keduanya. Perkembangan kisah cinta mereka berdua disampaikan dengan sangat runtut seperti lazimnya film Korea yang sangat pintar bertutur. Joon-soo dan Hyun-woo telah bersahabat sejak kecil. Meskipun sebenarnya mereka bukanlah saudara kandung, tetapi keduanya telah hidup satu rumah dikarenakan suatu hal yang terjadi pada Hyun-woo. Berbeda dengan Hyu-woo, Joon-soo sebenarnya telah menyimpan rasa tertarik sejak pertama kali bertemu Hyun-woo namun apalah daya hingga dewasa hubungan keduanya terbatas di friendzone saja.

Keduanya mencoba untuk melanjutkan kehidupan masing-masing. Joon-soo yang beralih dari Hyun-woo terjebak pada hubungan 3 bulanan, sedangkan Hyun-woo lebih parah lagi, ia jatuh hati pada seorang pria beristri dan pada akhirnya sama-sama kandas. Keduanya pun menghabiskan malam ditemani soju, dan mabuk bersama ~~~.

Akan seperti apa akhir kisah keduanya? Mungkin buat kalian yang punya temen tinggal di Korea bisa tuh tanya endingnya gimana, coz film ini kagak tayang di Indonesia sob, jadi selamat menunggu...

REVIEW FILM: AMERICAN SNIPER (2014)

Durasi: 132 menit
Skor IMDb: 7.6/10

Buat kalian para penggemar Clint Eastwood, opa yang satu ini kembali lagi dengan sebuah film biografi beraroma perang Timur Tengah, American Sniper. Film ini juga termasuk salah satu film terbaik 2014 versi Rolling Stone Magazine walau tanggal resmi perilisannya baru 2015. Film ini dibintangi Bradley Cooper sedangkan Clint Eastwood sendiri berperan di balik layar sebagai sutradara. Walaupun semua film Hollywood tentang perang Timur Tengah berbau propaganda politik dan cenderung terkesan pamer senjata, tapi mau bagaimanapun bakal tetep gue tonton lah, keren je.

Bradley Cooper berperan sebagai Chris Kyle, seorang sniper paling mematikan yang dimiliki Amerika Serikat. Film yang disadur dari buku otobiografi milik Chris Kyle ini diawali dengan adegan ketika Chris sedang mengintai di atap sebuah rumah di Fallujah. Ia membidikkan senapannya ke sorang ibu yang sedang menggendong anaknya yang terlihat seperti granat bagi para sniper. Suara dari radio memberikan perintah sepenuhnya pada Chris untuk memutuskan menembak atau membiarkan ibu itu berlalu. Di tengah kebingungan yang melanda, memori Chri pun melayang ke ingatan tentang masa kecilnya di Texas dan tentang ayahnya yang mengajari filosofi kehidupan. Flashback terus berlanjut dari saat-saat sebagai koboi rodeo hingga ke masa Chris memutuskan masuk masuk militer sebagai responnya terhadap serangan di kedubes Amerika tahun 1998. Karirnya kian menanjak dengan ia bergabung di SEAL.

Selain karirnya di militer, film ini juga menceritakan kisah cintanya dengan Taya (Siena Miller), wanita yang ia temui di bar di sela-sela rehatnya dari latihan militer. Namun sayangnya kisah cinta itu terbentur dengan kewajiban Chris sebagai seorang militer. Pasca 9/11 Chris ditugaskan terbang ke Irak meninggalkan istrinya dan fokus sepenuhnya untuk menyerang teroris yang mengacaukan negaranya. Tugas utama Chris tentu memberikan efek samping yang sangat besar. Ketika ia terbiasa menganggap target hanyalah sebatas target tanpa kandungan emosional di dalamnya, tentu akan memberikan beban psikologis pada kehidupan bermasyarakatnya kelak.

Mampukah Chris beradaptasi dengan kehidupan masyarakat? Bagaimana kehidupannya setelah lepas dari Irak? Mari bersabar menanti film ini rilis file-nya karena sepertinya gak edar di 21 tuh, Happy Waiting..

Friday, January 16, 2015

REVIEW FILM: THE WAVE (2008)

Durasi: 107 menit
Skor IMDb: 7.6/10

Buat nambah-nambah referensi dan sudut pandang akan skena film dunia (sok2an amat dah), gue coba nonton film Eropa yang ratingnya lumayan tinggi di IMDb, The Wave salah satunya. Film ini produksi dari Jerman, kayaknya ini film Jerman pertama yang gue tonton dan hasilnya not bad lah, ada sisi bagus dan sisi jeleknya. Secara umum seperi di kebanyakan film, kalo ada rebel pasti selalu diselingi cewek cakep, nah di sini juga gitu tuh, plotnya masih sama.

Film ini bercerita tentang kehidupan siswa SMA di Jerman dan pola pikir bangsa Jerman pasca NAZI, persatuan Jerman Barat dan Jerman Timur dan hal-hal berbau ideologis lainnya. Rainer Wenger adalah seorang guru di sebuah SMA di Jerman. Dari awal kita sudah digiring opini bahwa Rainer adalah seorang guru yang berbeda dibanding yang lain. Ketika yang lain mengenakan kemeja sebagai dress code mengajar, maka ia datang dengan kaos padahal bukan sesi olahraga. Ia diharuskan membuktikan kapasitas mengajarnya karena guru-guru lain tidak simpatik kepadanya dikarenakan ulah slengean-nya. 

Sistem pendidikan di Jermanyang berbeda dengan Indonesia tampak jelas pada film ini. Di tingkat SMA saja terdapat sebuah kelas pilihan bagi siswa yang tertarik akan suatu topik tertentu. Rainer yang mendapat tanggung jawab mengampu topik autokrasi, berusaha membuktikan kapasitasnya dengan cara ajar yang nyeleneh. Buat yang belum tau apa itu autokrasi cek sendiri di wikipedia yah. Jadi intinya di kelas autokrasi, Reiner justru mengembangkan paham fasis yang telah lama dihapuskan dari Jerman. Para siswa yang tadinya kurang ngeh dengan ideologi ini lama kelamaan mulai nyaman dan justru semakin larut dalam komunitas ini.The Wave, yang aslinya hanya nama kelas autokrasi berubah menjadi sebuah gerakan, yah semacam geng-geng anak SMA di Indonesia gitu lah. Seorang siswa yang sangat terdoktrin ajaran ini malah semakin bertindak ekstrim dengan membeli pistol, serta mengagung-agungkan Rainer. 

Rainer pun akhirnya sadar bahwa materi yang ia sampaikan telah terlalu jauh diimplementasikan para murid-muridnya. Akankah ia bisa mengembalikan keadaan seperti semula? Atau akankah The Wave bergerak menjadi poros politik baru? Film ini lumayan ringan dinikmati dan mungkin bisa jadi acuan temen-temen yang mempelajari ilmu politik. Politiknya dapet, dramanya dapet, thrillernya juga lumayan lah walau di akhir-akhir doang. Selamat menyaksikan... :)

REVIEW FILM: BOYHOOD (2014)

Durasi: 165 menit


Skor IMDb: 8.3/10

Boyhood, gue pertama kali denger film ini dari review beberapa majalah film yang ngerekomendasikan film ini sebagai film terbaik 2014. Tercata ada Rolling Stone yang memberikan kehormatan peringkat pertama film terbaik 2014 kepada Boyhood. Selain itu di beberapa situs juga banyak yang menyanjung film ini berkat konsep pengambilan gambarnya yang cukup unik dan memakan waktu yang banyak, 12 tahun lamanya film ini diproduksi, dari pemeran utamanya masih kecil 6 tahun hingga akhirnya beranjak dewasa, 18 tahun. Dengan dasar rekomendasi-rekomendasi itulah gue coba buat nonton nih film walaupun dari jajaean cast-nya yg gue kenal cuma Ethan Hawke yang berperan sebagai Mason, Sr.

Film ini berkisah tentang kehidupan Mason Jr. yang harus tumbuh besar di sebuah keluarga yang gagal (broken family). Sejak usia 6 tahun ia harus berpisah dengan ayahnya, Mason Sr. dan tinggal bersama dengan ibunya. Walau tinggal bersama ibunya, ia masih kerap bercengkerama dengan ayahnya yang setiap akhir pekan sering mengajak ia dan kakaknya, Samantha liburan bersama. Dari dialog-dialog dalam film ini ternyata alasan keduanya berpisah adalah karena Mason Sr. yang belum bisa mapan sementara ibunya berharap agar bisa melanjutkan pendidikannya.

Tahun semakin berganti dan sang ibu pun perlahan mulai meraih kemapanan kehidupan dengan tingkat pendidikan yang semakin membaik. Ia akhirnya mendapat pekerjaan sebagai dosen psikologi di suatu universitas. Nasib baik di karir ternyata tidak menular ke kisah rumah tangganya. Ketidakmujuran atau bisa dibilang kesalahan dalam memilih pasangan dari sang ibu membawa Mason dan Samantha bertemu dengan ayah-ayah pemabuk. Dua kali pernikahan ibunya gagal dengan latar belakang yang hampir sama, ayah pemabuk, ekonomi menghimpit lalu menjadi perlahan sikap otoriter lah ujungnya. Sementara di lain tempat, Mason Sr. kian mendapatka kehidupan yang mapan dan telah menemukan belahan jiwanya dan kini menjelma menjadi sosok ayah yang sangat didambakan oleh Samantha dan Mason Jr.

Kalo menurut gue sih nih film emang patut diapresiasi sih dari segi ide serta konsep pengambilan gambarnya. Salut buat sutradaranya yang sabar banget mengerjakan proyek ini, tropi Golden Globe dan nominasi Oscar pun menjadi buah atas jerih payah mereka. Ada sisi bagus pasti ada sisi buruknya dong, dari segi cerita sih biasa-biasa aja kalo menurut gue. Dari durasi yang hampir tiga jam dengan cerita dan tempo yang lambat kayaknya buat penonton yang kurang sabar bakalan ditinggalin dah film ginian. Tapi buat yang penasaran silakan ditonton dulu, kalo udah gak kuat langsung tinggal aja.. :p

Monday, January 12, 2015

REVIEW FILM: BIG EYES (2014)

Durasi: 106 menit
Skor IMDb: 7.1/10

Big Eyes, film yang rilis dalam rangka liburan natal dan tahun baru kemarin ini pertama kali gue ngeh gara-gara soundtrack-nya yang dinyanyiin Lana Del Rey. Di sebuah website rilisan lagu-lagu anyar gitu single soundtrack film Big Eyes ini dapet nilai yang lumayan bagus lah, 8 dari 10. Mulai dari situ gue coba-coba cari tahu tentang film ini, dan sepertinya kagak bakal tayang di Indonesia. Film ini dibintangi oleh mbak yang lagi naik daun, Amy Adams sebagai Margaret Keane dan Christoph Waltz sebagai Walter Keane. Film ini diangkat dari kisah nyata sepasang suami istri Margaret dan Walter Keane.

Film ini menempatkan kisah suami istri Walter dan Margaret Keane sebagai problematika utama. Keduanya hidup bersama dan tersohor sebagai pelukis ternama pada tahun 1960-an. Karya mereka yang menggambarkan anak-anak dengan raut muka sedih terwakilkan oleh mata yang lebar nan sendu. Gaya melukis ini menjadi hits pada zaman tersebut dan mereka berhasil menjual ribuan lukisan. Pada masa tersebut inilah yang populer disebut suburban art

Di tengah kegemilangan karya tersebut ternyata Walter berusaha memanfaatkan kenaifan istrinya. Semua karya ia jual dengan nama pelukis Keane sehingga orang-orang pun akan mengira bahwa pelukisnya ialah seorang lelaki. Dengan liciknya Walter memaksa istrinya melukis karya-karya tersebut dan mengedarkannya serta mengaku bahwa semua adalah hasil karya Walter sendiri. Dalam menyelesaikan lukisan-lukisan itu, Margaret dikurung bagaikan tahanan di rumahnya sendiri. Margaret pun merahasiakan hal tersebut bahkan dari anaknya sekalipun.

Setelah sekian lama menahan diri, akhirnya Margaret tidak tahan dan meminta cerai Walter. Walter yang tidak ingin pendapatannya berkurang pun berusaha menahan istrinya. Sesampainya di pengadilan, sang hakim meminta keduanya membuktikan siapa yang sebenarnya pelukis karya-karya 'Big Eyes' selama ini. Walter menolak membuktikan sedangkan Margaret dengan sukarela melukis karya tersebut dalam waktu yang kurang dari satu jam.

Akankah pasangan suami istri ini benar-benar berpisah? Bagaimana kehidupan Walter setelah persidangan ini? Jangan lupa tunggu kehadiran Big Eyes di situs-situs download film ilegal buat kalian yang menanti Amy Adams dengan perannya yang naif dan mudah terperdaya. Happy waiting...

Thursday, January 8, 2015

REVIEW FILM: TAKEN 3 (2015)

Durasi: 109 menit
Skor IMDb: 7.8/10

Liam Neeson merupakan sebuah anomali bagi film Hollywood (menurut gue). Bisa dibilang dari segi perawakannya, doi gak cocok buat main film action, apalagi jadi agen2 CIA atau FBI kayaknya kagak pas aja gitu. Tapi entah kenapa dibalik perawakannya itu, kalo doi main film action hampir semuanya bagus, coba aja tonton Taken, Taken 2, dan Non-Stop. Film Taken 3 ini kelanjutan dari serial sebelumnya, walaupun belum sempet gue review di blog ini, tapi bisa dibilang ini adalah film action berjilid yang paling gue tunggu-tunggu kelanjutannya.

Masih seperti dua edisi sebelumnya, Liam di film ini berperan sebagai Bryan Mills seorang pensiunan agen CIA yang kini hidup bersama anaknya, setelah ia bercerai dengan istrinya, Lenore (Famke Janssen). Di usianya yang udah menginjak 62 tahun, Liam tetap berperan sebagai seorang 'tough guy' pada diri Bryan Mills. Berkat latar belakangnya yang mantan CIA bisa ditebak sendiri lah kemampuan bela diri dan etika bertarungnya bakal sehebat apa. Prioritas utama dalam hidup Bryan adalah keselamatan anaknya, Kim (Maggie Grace) dan mantan istrinya, Lenore, maka ketika ada orang yang mengusik salah satu atau bahkan keduanya, maka Bryan tak akan segan-segan untuk menghadapi masalah tersebut seperti pada dua edisi Taken sebelumnya.

Pada edisi ketiga ini situasi lebih pelik dihadapkan pada Bryan. Bryan yang memilih untuk hidup tenang dengan anaknya, Kim dihadapkan pada mantan istrinya yang sedang memiliki masalah dengan suami barunya, Stuart (Dougray Scott). Pada suatu sore, Lenore ditemukan dalam keadaan tak bernyawa di rumah Bryan, fakta-fakta yang didapatkan kepolisian menyudutkan Bryan sebagai tersangka pembunuh mantan istrinya. Bryan pun diharuskan menuntaskan dua masalah sekaligus, menyingkap pembunuh istrinya yang sebenarnya serta menghindari kejaran polisi Los Angeles.

Mampukah bryan menghadapi ini semua? Akankah Bryan mampu membalaskan dendam terhadap pembunuh mantan istrinya? Buat kalian yang udah ngikutin Taken dari pertama, jangan terlalu berharap banyak akan cerita yang nyambung dari edisi terdahulu, karena film ini gak ada sangkut pautnya dari yang kemarin-kemarin, walau di IMDb dapet rating bagus, tapi nyatanya dari situs film lain banyak yang ngasih review miring. Tapi tonton aja dulu dah, keren kayaknya..

Wednesday, January 7, 2015

REVIEW FILM: ZULU (2013)

Durasi: 110 menit
Skor IMDb: 6.7/10

Film Bahasa Inggris buatan Prancis ini memajang deretan artis kenamaan yang biasa malang melintang di film-film Hollywood. Di antaranya ada Forest Whitaker dan Orlando Bloom. Forest Whitaker di film ini memerankan Ali Sokhela, seorang polisi dengan pangkat kapten di unit kriminal kepolisian Afrika Selatan. Orlando Bloom memerankan Brian Epkeen, seorang detektif sekaligus ayah dan suami yang gagal.

Film ini menceritakan Afrika Selatan setelah hilangnya politik Apartheid. Dalam film ini dikisahkan Afrika Selatan sebagai pusat dari merebaknya narkoba jenis baru yang dinamakan tik. Selain membuat kecanduan, ternyata narkoba ini dapat menyebabkan penggunanya menjadi bersikap agresif (sangat agresif bahkan) dan nantinya akan saling membunuh satu sama lain. 

Di suatu malam ditemukan sesosok mayat yang ternyata merupakan anak seorang pelatih rugbi ternama. Ali yang ditugaskan dalam kasus ini pun menginvestigasi dengan bantuan Brian serta Dan Fletcher (Conrad Kemp). Bukti-bukti yang ditemukan mengindikasikan kaitan erat antara kasus ini dengan narkoba terbaru, tik tadi. Mereka pun mulai memburu gembong narkoba yang bertanggungjawab terhadap penyebaran tik ke Afrika Selatan. Fakta yang didapatkan pun sungguh pedih karena ternyata sasaran utama narkoba ini ialah anak-anak kulit hitam dengan tujuan sebagai senjata pemusnah massal yang digagas oleh Professor Opperman.

Semakin dalam Ali terjerumus dalam kasus ini, semakin dalam pula masa lalu Ali terkuak. Politik Apartheid, kebencian kaum kulit hitam terhadap kulit putih di Afrika Selatan menjadi akar dibangunnya plot dalam film ini. Buat kalian yang demen nonton film sambil nungguin adegan esek2, di film ini ada bejibun tuh, maklum lah namanya juga film Prancis. Dan tambahan juga, film yang diadaptasi dari novel kriminal terbaik Prancis tahun 2008 ini juga dapet kehormatan jadi film penutup di festival film Cannes 2013. So, tunggu apalagi, keren banget pasti nih film, happy watching guys..